Opini  

Gaza, di Bumi yang Berbeda

Redaksi
Kondisi Jalur Gaza digempur Israel. Foto: (REUTERS/STRINGER/CNN Indonesia)

Oleh: Amarullah D

Sebulan sudah konflik berdarah di tanah palestina, dengan cara yang amat biadab, nyaris sepuluh ribu angka kematian umat muslim palestina yang sebagian diantaranya merupakan anak-anak. Ditambah korban luka yang jumlahnya telah mencapai puluhan ribu, lalu kemana mata dan telinga dunia.

Sangat berbeda perlakuannya dari pemimpin negara-negara dunia ketika ukraina diserang oleh rusia, bagaimana mereka berkoar-koar dan memberi dukungan terhadap ukraina, yang notabene jumlah korbannya jauh lebih kecil dibandingkan rakyat palestina. Semurah itukah nyawa rakyat palestina di mata otoritas dunia.

Dunia internasional terutama negara-negara barat yang diklaim sebagai negara maju dalam ekonomi, teknologi dan pemikiran. Selalu mengagungkan perdamaian dunia, pengakuan hak asasi manusia, mengharamkan penjajahan, pemenuhan hak-hak anak di dunia.

Lalu, bagaimana dengan palestina, seluruhnya diam dan menutup mata, dengan beberapa negara maju bahkan mendukung apa yang dilakukan zionis israel, apakah palestina berada di bumi yang berbeda.

Label umat yahudi sebagai korban holocaust nazi yang harus dilindungi, dimana dunia sangat sensitif dengan isu anti semitisme, seolah melegetimasi zionis israel untuk melakukan pendudukan dan genosida terhadap bangsa lain, perlu diingat sejarah bagaimana setelah perang dunia II, amerika dan inggris mendatangkan umat yahudi dari berbagai penjuru ke tanah palestin, namun akhirnya rakyat palestina justru terusir dari tanah mereka sendiri.

Berbagai upaya untuk mewujudkan perdamaian dan menghentikan kekerasan di palestina selalu dihalang-halangi oleh negara-negara sekutu israel yang sebelumnya selalu menganggap dirinya sebagai negara bermartabat, lantas berapa banyak lagi nyawa yang harus dikorbankan sampai penyerangan dihentikan, dengan statistik setiap 10 menit 1 orang anak di palestina meninggal, meskipun mereka dapat tersenyum dalam kepedihan, karena surga Allah telah menanti mereka.

Dapat kita bayangkan dalam kehidupan kita yang serba nyaman saat ini, bagaimana sulitnya tanpa air dan listrik dalam sehari, bagaimana paniknya kita tanpa makanan dalam sehari, dan bagaimana kita tidur malam ini jika ada ancaman bom dari langit tanah kita. Maka betapa kuatnya iman saudara kita di jalur gaza palestina yang mampu bertahan dengan kondisi demikian telah lebih dari sebulan.

Menjerit rasanya dalam hati membayangkan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina, namun apa yang dapat kita lakukan selain menyedekahkan semampunya dari harta kita beriring memanjatkan doa untuk perdamaian di bumi palestin.

Meskipun hanya dapat sedikit membantu, dengan kenyataan bahwa rumah-rumah sakit dan fasilitas lainnya yang dibangun dengan bantuan umat muslim internasional, dihancurkan dalam sekejap mata oleh zionis israel.

Perlu lebih dari sekedar bantuan uang dan makanan bagi rakyat palestina, intervensi dan aksi nyata elite internasional terutama PBB sangat kita harapkan untuk meredam konflik yang terjadi, pengakuan kedaulatan negara palestina harus dapat dicapai.

Kita rindukan nurani pemimpin-pemimpin muslim beserta seluruh umat muslim seperti masa lalu, yang lebih takut kepada tuhannya daripada ancaman israel dan amerika serikat.

Bagaimana pertanggungjawaban kita ketika ditanyakan mengapa hanya berdiam diri ketika saudaramu teraniaya.

“Sesungguhnya Allah akan menolong seorang hambanya selama hamba itu menolong orang lain.” (Hadits Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).

Penulis : Amarullah D
Editor : Redaktur
Sumber : Mahasiswa Prodi Magister Ilmu Hukum USK