Maulid Nabi dan MoU STAI PTIQ Aceh: Menyatukan Spirit Keagamaan dan Arah Pembangunan Pendidikan Aceh Jaya

ACEH JAYA – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) PTIQ Aceh menjadi momentum bersejarah yang meninggalkan jejak mendalam bagi masyarakat Aceh Jaya, Sabtu (13/9/2025).

Acara ini bukan hanya sekadar mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW, melainkan juga melahirkan tonggak baru dalam perjalanan pendidikan tinggi Islam di daerah ini, yaitu penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) hibah tanah seluas 4 hektar dari Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya untuk pengembangan kampus STAI PTIQ.

Dua agenda besar ini—peringatan Maulid Nabi dan MOU hibah tanah—menyatukan dua arus utama kehidupan masyarakat: spiritualitas dan pembangunan. Keduanya saling melengkapi. Peringatan maulid mengingatkan kita pada teladan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam, sedangkan hibah tanah membuka jalan bagi STAI PTIQ untuk berkembang sebagai pusat ilmu pengetahuan, moralitas, dan pemberdayaan masyarakat Aceh Jaya.

Acara ini diawali dengan prosesi peusijuk kepada tokoh-tokoh terbaik Aceh Jaya: Bupati, Wakil Bupati, serta Ir. Azhar selaku anggota DPRA. Peusijuk bukan hanya ritual adat, tetapi simbol doa, keberkahan, dan restu agar para pemimpin selalu diberi kekuatan dalam mengemban amanah. Tradisi ini memperlihatkan harmonisasi antara budaya lokal, nilai Islam, dan penghormatan terhadap pemimpin yang telah berkontribusi bagi masyarakat.

Ketua STAI PTIQ Aceh, Dr. Musa Alfadhil, S.Pd.I., MA, dalam sambutannya mengingatkan audiens tentang perjalanan panjang kampus yang penuh dinamika. Dengan suara yang mantap ia menuturkan:

“Perjalanan kampus STAI PTIQ di Kabupaten Aceh Jaya tidaklah mudah, dengan berbagai dinamika. Namun kita mampu melewatinya dengan dukungan berbagai pihak, termasuk dukungan masyarakatnya. Kita sama ingin membangun Aceh Jaya.”

Pernyataan ini mencerminkan bahwa STAI PTIQ bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi simbol perjuangan kolektif masyarakat Aceh Jaya untuk memiliki pusat pendidikan tinggi Islam yang mandiri dan berdaya saing.

Bupati Aceh Jaya dalam sambutannya memberikan pandangan yang mendalam mengenai makna maulid.

“Kami sangat senang diundang dalam acara maulid seperti ini, sebisa mungkin kami berhadir. Karena maulid bukanlah sekadar peringatan dan makan bersama, tetapi momentum untuk merenungi iman dan meneladani Nabi Muhammad SAW. Pemerintah akan selalu bersinergi dengan kampus STAI PTIQ, pendidikan sangat penting untuk membangun masyarakat. Kehadiran STAI PTIQ sangat berarti bagi masyarakat Aceh Jaya.”

Pernyataan ini mengandung dua pesan penting. Pertama, maulid adalah sarana spiritual untuk memperkokoh iman. Kedua, sinergi antara pemerintah dan kampus adalah kebutuhan strategis untuk memajukan masyarakat.

Anggota DPRA, Ir. Azhar, yang ikut menandatangani perjanjian MOU, menegaskan arti penting kehadiran STAI PTIQ bagi masyarakat Aceh Jaya.

“Dengan adanya STAI PTIQ, masyarakat Aceh Jaya tidak perlu jauh-jauh lagi menuntut ilmu ke tingkat tinggi. Mereka tidak harus berjauhan dengan keluarga. Secara administrasi, pendidikan tinggi ini sangat penting untuk masa depan masyarakat Aceh Jaya.”

Kata-kata Ir. Azhar ini seakan menjadi jawaban atas keresahan masyarakat selama ini. Bahwa pendidikan tinggi bukan hanya hak anak-anak di kota besar, tetapi juga hak masyarakat di daerah. Dengan adanya STAI PTIQ, akses terhadap pendidikan tinggi semakin dekat, murah, dan berdaya guna.

Pembina Yayasan STAI PTIQ, Prof. Dr. Tgk. Muhibuthtabry, M.Ag., yang juga Wakil MPU Aceh, memberikan penekanan bahwa keberadaan kampus ini tidak boleh dianggap sebagai milik segelintir orang, melainkan milik masyarakat luas.

“STAI PTIQ adalah milik Aceh Jaya. Maka kembangkan dan berdayakan. Jangan biarkan kampus ini berjalan sendiri, tetapi harus menjadi bagian dari denyut nadi masyarakat.”

Pesan ini menegaskan perlunya partisipasi kolektif seluruh elemen masyarakat dalam membesarkan kampus. Dengan demikian, STAI PTIQ benar-benar menjadi “kampus rakyat” yang mengakar dan membumi di Aceh Jaya.

Jika ditarik benang merah, acara ini menghadirkan dua pilar yang saling menguatkan. Pilar pertama adalah religiusitas yang ditumbuhkan melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi momentum untuk meneguhkan teladan Nabi dalam kehidupan nyata: kejujuran, amanah, kepemimpinan yang adil, dan kepedulian sosial.

Pilar kedua adalah pendidikan. Hibah tanah 4 hektar untuk STAI PTIQ merupakan investasi jangka panjang yang dampaknya akan dirasakan lintas generasi. Dengan lahan yang memadai, STAI PTIQ memiliki ruang untuk membangun fasilitas akademik, asrama, dan sarana penunjang lainnya. Semua itu bertujuan agar generasi muda Aceh Jaya dapat tumbuh menjadi insan yang beriman, berilmu, dan berdaya saing.

Acara ini semakin semarak dengan hadirnya berbagai tokoh penting: Bupati dan Wakil Bupati Aceh Jaya, anggota DPRA, anggota MPU, Ketua MPU Aceh Jaya, Ketua MAA Aceh Jaya, Ketua Yayasan Baitul Makmur M. Yusuf, SE., para camat, dosen, mahasiswa, serta masyarakat Keude Krueng Sabee.

Kehadiran tokoh-tokoh ini menunjukkan bahwa STAI PTIQ tidak berdiri sendiri. Ada dukungan dari pemerintah, ulama, akademisi, hingga masyarakat. Sinergi ini adalah modal sosial yang sangat berharga.

Acara ditutup dengan tausiah yang disampaikan oleh Tgk. Syamsul, yang mengingatkan kembali pentingnya meneladani akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, doa dipimpin oleh Ketua MPU Aceh, menandai berakhirnya acara dengan penuh keberkahan.

Spiritualitas maulid mengikat kita pada teladan Nabi, sementara pembangunan kampus mengikat kita pada masa depan generasi. Keduanya harus berjalan beriringan. Karena tanpa agama, pendidikan kehilangan arah; dan tanpa pendidikan, agama kehilangan kekuatan praksis dalam membangun masyarakat.

Harapan ke depan, STAI PTIQ dapat menjadi pusat keilmuan, pusat pengkaderan ulama dan intelektual, sekaligus pusat pemberdayaan masyarakat Aceh Jaya. Kampus ini harus menjadi rumah bersama, tempat lahirnya generasi berakhlak mulia, berilmu tinggi, dan mampu membawa rahmat bagi lingkungannya,(*)

Exit mobile version