Opini  

Minyak Kelapa Simeulue Jangkau Pasar Internasional

Redaksi
Seorang pekerja terlihat sedang mengupas buah kelapa. Foto: Rofa Herawati.

OPINI – Pulau Simeulue merupakan salah satu daerah penghasil buah kelapa terbesar di provinsi Aceh. Simeulue masih di kategorikan sebagai daerah yang tertinggal, berbagai kebutuhan bahan pokok warga Simeulue pun masih harus di datangkan dari Aceh dengan transportasi laut (kapal verry).

Pulau terluar yang berhadapan dengan Samudra Hindia ini di kelilingi ribuan pohon kelapa dan sebagai pulau penghasil buah kelapa, dalam bahasa daerahnya di sebut (bonnol atau bonio).

Potensi yang di miliki pulau Simeulue itu menarik seorang investor dari Selandia Baru, Jane Dunlop. Dia berinvestasi lalu mendirikan pabrik industri pengolahan buah kelapa PT Green Enterpries Indonesia yang memproduksi minyak kelapa virgin coconut oil (VCO), coconut cooking oil (CCO) dan tepung.

Para pekerja sedang membersihkan olahan buah kelapa. Foto: Rofa Herawati.

Kehadiran pabrik tersebut memberikan peluang bagi masyarakat lokal dalam meningkatkan perekonomian seiring harga kelapa yang naik. Pabrik yang mempekerjakan 60 penduduk lokal, selain menampung buah kelapa dari petani setempat, itu mendatangkan buah kelapa dari Aceh barat, Aceh Barat Daya, Kepulauan Nias, dan Pulau Banyak Aceh Singkil dengan harga Rp 2.800 sampai Rp 3.000 per Kilogram.

Dalam sehari, pabrik ini mampu mengolah 10 ton buah kelapa dengan menghasilkan 600 sampai 700 kilogram minyak VCO. Komoditas ini di ekspor ke inggris, Belanda, Perancis, Jepang, dan Amerika Serikat dengan harga jual US$4 hingga 6 per kilogram.

Industri pengolahan minyak kelapa yang telah memiliki sertifikat organik itu dalam berproduksi juga memperhatikan sistem keberlanjutan dengan petani setempat melalui pemberian bantuan bibit, program peremajaan kelapa serta pembinaan petani dengan mengajarkan cara dan metode terbaik agar produktifitas kelapa dan permintaan minyak kelapa untuk pasar luar negri. 

Akan tetapi walaupun Simeulue memiliki penghasil minyak kelapa terbesar, warga Simeulue tidak memproduksi dengan baik, karna Simeulue masih membutuhkan minyak dari luar daerah padahal di Simeulue sendiri  memiliki pabrik terbesar penghasil minyak kelapa.

Seharusnya pabrik ini di kelolah dengan baik, agar perekonomian di Simeulue ini bisa makin meningkat. Pulau Simeulue selain daerah yang tertinggal juga salah satu daerah yang termiskin di provinsi Aceh.

Oleh sebab itu, seharusnya pemerintah juga harus melakukan pengawasan atau kebijakan untuk membangkitkan pulau Simeulue ini dengan memanfaatkan pabrik minyak kelapa ini agar dapat meningkatkan perekenomian di pulau Simeulue dan mementingkan daerah sendiri dari pada daerah lain. 

Penulis : Rofa Herawati, Mahasiswa Ilmu Politik USK
Editor : Redaktur
Sumber : Tugas Opini Universitas Syiah Kuala